Member-only story
Bagaimana Kapitalisme Mempengaruhi Kesehatan Mental
Saya sering mendengar ungkapan yang dijadikan lelucon dalam bertetangga, misalnya, “saya yang membeli kompor, kenapa kamu yang terbakar?” atau “tetangga yang membeli AC, eh, malah kamu yang kedinginan.”
Ini ilustrasi sederhana bagaimana perbandingan tercipta dan bagaimana kapitalisme membentuk cara berpikir kita. Kapitalisme bukan hanya sebuah sistem ekonomi, tetapi juga telah menjadi sistem sosial-politik dan budaya. Ia menjalar ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Melahirkan perbandingan dan persaingan. Akar-akarnya yang kuat berserabut dan bentuknya yang halus dan tersirat membuatnya sedikit sulit diuraikan.
Sebagian orang, gemar membeli dan mengkonsumsi sesuatu karena merk atau nama sebuah produk. Tentu saja, demi menjaga status di hadapan teman sebaya atau tetangga. Tidak peduli jika hutang kartu kredit semakin menumpuk. Mereka membeli, membeli, membeli dan mengkonsumsi untuk bertahan hidup dan menjalani hidup lebih dari cara orang-orang di sekitarnya. Mereka selalu dihantui keinginan untuk menjadi pusat perhatian.
Sebagai makhluk sosial, kita hidup dengan keterhubungan dengan orang lain. Misalnya, dari media sosial, kita dapat hidup terpisah dari interkasi langsung dengan orang lain tetapi di saat yang sama…