Aku selalu menghindari berkata buruk kepada diri sendiri. Meskipun itu bukanlah hal yang mudah. Beberapa kali aku mampu menahan diriku, tapi kali lain aku selalu larut. Kadang, aku larut dalam perkataan. Kadang pula aku larut dalam pikiranku sendiri.
Hal itu biasanya terjadi jika aku memiliki keresahan. Aku menyadari bahwa resah ini tak mampu kusimpan sendiri. Tapi di sisi lain, aku kadang tak tahu ke mana harus melepasnya. Jadinya, beberapa kali aku cenderung malah menyalahkan diri sendiri. Memikirkan hal-hal buruk tentang diri sendiri.
Memikirkan dan mengatakan hal buruk kepada diri sendiri semacam cara lain menyakiti diri sendiri. Jelas, itu tidak baik. Itu sebabnya, ketika aku menyadari hal-hal semacam ini akan terjadi, aku selalu mencari cara untuk menghindari melakukan itu kepada diri sendiri.
Namun, aku tidak pernah tahu caranya. Aku tak tahu harus melakukan apa. Satu-satunya cara yang kupikir ampuh hanyalah menangis. Sekali waktu, resahku terlepas dan basah di mataku. Tapi di lain waktu, hanya ada semacam bola yang pecah di dalam dadaku. Yang kedua itu, aku tak tahu menjelaskan seperti apa rasanya. Seperti ingin lepas tapi tetap tertahan.
Hari ini, aku menyadari bahwa ada keresahan yang sedang bersarang di pikiranku. Semakin kusimpan dan kutahan, aku merasa seluruh energiku perlahan terkuras hingga tuntas.
Untungnya itu terjadi tepat beberapa menit sebelum berbuka puasa. Kupikir, aku masih bisa menjaga diriku tetap baik-baik saja. Tapi aku merasa lemah. Jadi aku memilih singgah untuk berbuka di minimarket terdekat.
Selepas membatalkan puasaku dengan sebotol minuman segar dan sebungkus camilan, aku istirahat sejenak di depan minimarket itu. Aku hanya duduk menyaksikan kendaraan yang lewat sambil berharap resah ini segera reda.