Memaafkan Lupa

wahab
2 min readMay 15, 2024

--

Salah satu kelemahan manusia adalah mereka mudah lupa diri. Aku pernah merasa menjadi orang paling hebat. Merasa diri ini mampu berlari ke mana saja, sekencang-kencangnya, tak peduli sejauh apapun dan seberat apapun tantangannya, pasti akan kutaklukkan.

Tapi aku lupa bahwa aku tidak serta merta dapat berlari begitu saja. Semuanya dimulai dari merangkak, berdiri, berjalan perlahan, jatuh, bangkit, berjalan, jatuh, berdiri, berjalan, hingga mampu berlari.

Aku terus berlari mengejar dunia dan mimpi-mimpiku, hingga aku tak melihat bahwa di depan ada kerikil kecil yang membuatku terjatuh. Sebab aku berlari terlalu kencang, semakin sakit pula rasanya ketika aku terjatuh.

Lututku berdarah, kakiku tiba-tiba pegal dan aku sulit menggerakkan diri sendiri. Aku melihat sekeliling, tak ada seseorang. Hanya ada aku. Aku sudah berlari terlalu jauh meninggalkan semua orang. Aku meninggalkan keluargaku, teman-temanku, dan sahabat-sahabatku.

Mereka jauh di belakang, dan tak melihatku terjatuh. Darah tak henti mengalir dari kedua lututku, dan pegal menyulitkanku bergerak. Aku tak bisa terus seperti ini.

Dengan sekuat tenaga, aku berusaha menolong diri sendiri tapi tak mampu. Aku menangis sejadi-jadinya ketika menyadari hanya ada aku seorang. Tak ada yang bisa membantuku selain diriku sendiri.

Aku lupa bagaimana semua akhirnya kembali berjalan dengan baik. Tapi satu hal yang tak pernah kulupakan, aku percaya bahwa ada satu hal besar yang telah menyelamatkanku. Doa Ibuku.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet