Beberapa hari kemarin, aku sempat rehat sejenak untuk mengisi ulang energiku. Tapi tidak ada hal lain yang kulakukan selain tidur. Ketika terbangun dari tidur, aku tidak merasa segar melainkan lelah dan lemas.
Ternyata, aku baru tahu kalau tidur dan istirahat itu dua hal yang berbeda. Selama ini, aku selalu berpikir kalau tidur sudah pasti istirahat. Tapi aku luput memikirkan bahwa istirahat itu bukan hanya tidur.
Tadi aku tidak sengaja menemukan konten yang yang membahas sekilas tentang “type of rest” di media sosial. Dia sekilas menjelaskan bahwa istirahat itu adalah bentuk healing atau proses menyembuhkan diri. Aku hanya melihat sekilas konten itu tapi tidak mengamati dengan baik.
Meski begitu, aku masih ingat dengan kata kunci dari konten tersebut. Sambil mengantri menunggu makanan pesananku, pikiranku mengingatkanku mengenai konten tadi. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mencari tahu tentang pembahasan konten itu.
Aku mengetik “type of rest” di mesin pencarian dan seketika Google menyajikan sekitar 5.650.000.000 hasil pencarian hanya dalam 0,41 detik. Lumayan membantu, gumamku.
Aku menemukan beberapa situs atau media yang membahas hal serupa, tapi aku memilah-milah situs mana yang ingin kukunjungi. Salah satu yang kubaca, ditulis dan dipublikasikan di TED Ideas pada tahun 2021. Artikel yang sudah cukup lama.
Meski begitu, aku senang membacanya. Penulisnya menjelaskan dengan baik mengenai types of rest ini. Katanya, pembaca perlu memahami ini untuk tahu bahwa sebetulnya rehat semacam apa yang kita butuhkan.
Tak berselang lama, aku sudah selesai melahap informasi yang disajikannya. Ketika membacanya, aku sesekali berpikir, sepertinya kemarin-kemarin, yang kubutuhkan bukan hanya tidur.
Sekalipun tidur adalah salah satu bentuk istirahat, tapi itu bukan satu-satunya. Penulisnya menjelaskan bahwa ada tujuh jenis rehat yang perlu diketahui. Tapi aku tidak akan mengulanginya dan menjelaskan di sini. Kupikir, akan jauh lebih baik jika informasi itu didapat dari pakarnya. Ini hanya alasanku belaka agar tidak menjelaskan panjang lebar!
Setelah membaca artikel itu, aku hanya bisa bilang “ok” sambil mengangguk sendiri. Sebab aku merasa pembahasannya sangat dekat dengan keseharianku, aku tiba-tiba berpikir dan mengatakan kepada diriku sendiri, “Kalau capek itu menghealing, bukan menghilang!”
