Selesai Sudah Tugasku Menulis Puisi
sebab kata-kata sudah besar,
sudah selesai studi, dan mereka
harus pergi cari kerjaan sendiri.
(Joko Pinurbo, 2003)
Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu
— untuk lukisan Jeihan
Di kota kata masih ada mata yang hening pandang.
Mata waktu, mata sunyi: memanggil, menelan.
Seperti gua yang menyimpan hangat di dalam.
Ceruk cinta yang haus warna. Ceruk perempuan.
Malam ini aku akan tidur di matamu.
(Joko Pinurbo, 2004)
Doa Malam
Tuhan yang merdu,
terimalah kicau burung
dalam kepalaku.
(Joko Pinurbo, 2012)
Kamus Kecil
Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia
yang pintar dan lucu walau kadang rumit
dan membingungkan. Ia mengajari saya
cara mengarang ilmu sehingga saya tahu
bahwa sumber segala kisah adalah kasih;
bahwa ingin berawal dari angan;
bahwa ibu tak pernah kehilangan iba;
bahwa segala yang baik akan berbiak;
bahwa orang ramah tidak mudah marah;
bahwa seorang bintang harus tahan banting;
bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih;
bahwa orang lebih takut kepada hantu
ketimbang kepada tuhan;
bahwa pemurung tidak pernah merasa
gembira, sedangkan pemulung
tidak pelnah merasa gembila;
bahwa lidah memang pandai berdalih;
bahwa cinta membuat dera berangsur reda;
bahwa orang putus asa suka memanggil asu;
bahwa amin yang terbuat dari iman
menjadikan kau merasa aman.
Bahasa Indonesiaku yang gundah membawaku
ke sebuah paragraf yang menguarkan
bau tubuhmu. Malam merangkai kita
menjadi kalimat majemuk bertingkat
yang hangat di mana kau induk kalimat dan aku
anak kalimat. Ketika induk kalimat bilang pulang,
anak kalimat paham bahwa pulang adalah masuk
ke dalam palung. Ruang penuh raung.
Segala kenang tertidur di dalam kening.
Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah
menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap
tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.
(Joko Pinurbo, 2014)
Pulang
Rinduku yang penuh
pecah di atas jalanan macet
sebelum aku tiba di ambang ambungmu.
Kegembiraanku sudah mudik duluan,
aku menyusul kemudian.
Judul sajakku sudah pulang duluan,
baris-baris sajakku
masih berbenah di perjalanan.
Bau sambal dan ikan asin dari dapurmu
membuai jidat yang capai,
dompet yang pilu, dan punggung
yang dicengkeram linu, uwuwuwu….
Semoga lekas lerai.
Semoga lekas sampai.
Jika nanti air mataku terbit di matamu
dan air matamu terbenam di mataku,
maaf selesai dan cinta kembali mulai.
(Joko Pinurbo, 2016)
Selamat beristirahat dengan damai, Pakde Jokpin.