Member-only story
Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis tulisan ini di sini.
Selepas percakapan panjang, energiku selalu seperti habis terkuras. Rasanya tiba-tiba lapar atau tiba-tiba tidak bersemangat melakukan hal lain.
Sebabnya, setelah selesai, aku merasa butuh untuk segera melakukan hal-hal yang bisa memulihkan energiku. Aku butuh waktu untuk menikmati waktu sendiri. Seperti sore tadi, kuluangkan waktuku singgah di tepi pantai menikmati matahari berubah warna.
Lalu perjalanan pulang, aku memutuskan untuk singgah di sebuah toko buku. Sekalipun sedang tidak memiliki keinginan untuk membeli buku baru, tetapi tetap saja aku ingin masuk ke sana. Aku merasa kadang menyenangkan untuk sekadar melihat dan menyentuh buku-buku yang tersusun rapi di rak-rak. Lalu, tentu saja, aku pulang dengan tangan kosong.
Tiba di kamarku, aku merasa sangat lelah. Rasanya seperti tidak punya energi untuk sekadar melepas sepatuku. Sebabnya, aku masuk ke kamar dengan mengenakan sepatu, mengunci pintu, meletakkan ranselku ke lantai sembari aku juga duduk melantai sambil bersandar di punggung pintu. Butuh waktu cukup lama sampai aku menggerakkan tanganku untuk menarik dan melepas tali sepatuku.
Setelah itu, kubiarkan sepatuku tergeletak begitu saja di lantai. Padahal aku hanya perlu menggesernya sedikit untuk merapikannya ke rak sepatu, tetapi aku tidak melakukannya. Kulepaskan seluruh hangat pakaian yang melekat di tubuhku, lalu segera ke kamar mandi.
Kubasuh seluruh debu di tubuhku. Sambil membiarkan air terus mengalir tepat ke kepalaku, aku memejamkan mata dan menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Rasanya menenangkan dan energiku sedikit jadi lebih baik, meskipun tidak sepenuhnya.