Setiap kali aku ke masjid untuk jumatan, ada satu kebiasaan yang sering kudapati. Entah di masjid mana, kebiasaan itu selalu ada.
Siang tadi aku berangkat lebih awal. Masjid masih belum terlalu ramai. Parkiran motor masih banyak yang lowong. Sandal dan sepatu masih bisa dihitung. Shaf-shaf juga masih banyak yang kosong.
Aku masuk dan mengambil tempat di bagian belakang. Aku memilih tempat itu sesederhana karena tempat bagian belakang lebih dekat dengan pintu masuk.
Selepas menunaikan salat sunnah, aku hanya duduk mengamati segala hal yang ada di masjid. Lalu, seorang berdiri dan bersiap-siap untuk menyampaikan informasi kas masjid dan sebagainya.
Sebelum membacakan informasi kas masjid, petugas itu menyampaikan beberapa hal kecil. Semacam “Bagi jamaah yang masih ada di luar, silakan masuk ke dalam masjid” atau “Bagi jamaah yang ada di belakang silakan mengisi shaf-shaf yang masih kosong di depan.”
Untuk ajakan yang kedua, biasanya aku hanya mendengar itu seperti angin lalu belaka. Sering kali, aku menemukan cukup jarang orang yang benar-benar menganggap ajakan “mengisi shaf kosong di depan” sebagai hal yang penting untuk dilakukan.
Tapi baru kali ini aku menyadari betapa penting hal itu, sepenting kenapa petugas masjid tidak henti-henti menyampaikannya. Entah di masjid mana, ajakan semacam itu selalu ada.
“Jamaah yang ada di belakang, silakan mengisi bagian yang masih kosong di depan. Di bagian kiri dan kanan sini masih juga masih kosong.” Ajaknya sambil tangannya menunjukkan tempat yang dimaksud.
Tepat setelah dia mengajak jamaah untuk berpindah mengisi bagian yang masih kosong di depan, dia sedikit menambahkan penjelasan mengenai ajakannya itu.
“Kita diminta untuk mengisi yang kosong di depan, agar jamaah yang baru masuk bisa mengisi bagian di belakang. Soalnya, kebanyakan jamaah yang tidak sempat melaksanakan salat sunnah karena mengira masjid sudah penuh. Jadi mereka hanya berdiri menunggu di belakang.”
Seketika aku berpikir, ternyata yang dia sampaikan benar juga. Orang-orang pun mulai berpindah satu per satu mengisi tempat-tempat yang masih kosong di bagian depan.
“Terima kasih, karena sudah membantu membuka jalan bagi jamaah yang baru masuk. Kita sudah membantu memudahkan orang-orang lain untuk masuk melaksanakan ibadah. Jika kita memudahkan orang lain, semoga Gusti Allah juga akan memudahkan segala urusan kita.” Tutupnya, sebelum lanjut membacakan informasi kas masjid.
Setelah mendengar penjelasannya, seketika aku berdiri mengambil tasku dan ikut berpindah ke depan seperti yang dilakukan orang-orang lain. Kupikir, kalau saja setiap orang bisa menjelaskan hal-hal semacam ini dengan cara yang mudah dimengerti, tentu saja segala ajakannya bisa mudah diikuti.