Membuka Percakapan

wahab
2 min readJan 23, 2024

--

Harus kuakui aku tak pandai membuka percakapan dengan seseorang. Atau lebih tepatnya, aku tak pandai basa-basi. Atau tidak terbiasa basa-basa. Atau, aku tidak senang basa-basi. Atau lebih tepatnya, aku hanya mengajak seseorang berbincang jika itu perlu!

Suatu kali, seseorang pernah menganggapku sombong. Aku tahu itu setelah dia bercerita kepada temannya yang juga sebetulnya adalah temanku. Lalu temanku itu memberitahuku bahwa temannya yang ingin menjadi temanku menunda niatnya untuk mengajakku berteman karena katanya aku sombong. Tapi akhirnya kami berteman, dekat sejenak, lalu dia berteman dengan orang lain.

Maaf kalau paragraf sebelumnya berputar-putar. Seseorang berusaha mencuri perhatianku dan mengalihkan fokusku. Jangan ditahan! Ungkapkan, lepaskan!

Tenang! Sederhananya seperti ini: Seseorang menganggapku sombong karena tidak mengajaknya berbincang, sekalipun untuk hal yang remeh atau sekadar basa-basi.

Aku mungkin saja bisa melakukan itu. Membuka percakapan dengan seseorang dimulai dari pujian semacam “Eh, sepatu kamu bagus” atau “Kamu hari ini kelihatan lebih ceria” dan semacamnya yang dapat membuatnya senang dan lebih mudah untuk membangun percakapan.

Aku pernah melakukannya. Aku merasa mungkin aku perlu belajar basa-basi atau membuka percakapan agar tidak dianggap sombong. Tapi, ketika melakukan itu, rasanya seperti aku sedang berbicara menggunakan kepala dan suara orang lain.

Tapi, ada yang lebih buruk ketimbang dianggap sombong. Seorang teman lama mengakui bahwa, sebelum kami berteman, dia pernah tidak ingin berada dalam kondisi harus berdua bersamaku. Alasannya karena dia tidak ingin jika aku mendiamkannya sepanjang kami bersama.

Dan aku pun sebenarnya berpikir hal yang sama, meskipun aku tidak mengungkapkannya. Aku tidak ingin berada dalam kondisi itu hanya karena tidak ingin menghabiskan waktu berpikir keras bagaimana cara membuka percakapan.

Aku hanya tertawa ketika mendengarnya mengakui itu. Tapi pada saat bersamaan, aku mengingat bahwa sepanjang kami bersama di hari itu, aku benar-benar tidak mengajaknya berbincang sekalipun.

Ketika aku menertawainya, dia menambah semacam kalimat penjelas. Ucapannya sederhana tapi cukup untuk membuatku berhenti tertawa seketika. Dia bilang “Sekarang saya tahu kenapa kamu jomlo!”

Ucapannya membuatku tersenyum lebar menunjukkan gigiku yang tidak rata. Aku semacam tertawa tapi tak bersuara. Sambil berpikir mungkin dia ada benarnya juga.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet