Aku tidak tahu apakah penting mempelajari skill ini. Kata orang-orang, kemampuan memuji orang lain dan menanggapi pujian adalah salah satu faktor yang membuatmu mudah disenangi orang lain. Terlebih lagi, jika itu dalam lingkup pekerjaan.
Sayangnya, itu bukanlah kemampuan yang kumiliki. Aku tidak pernah tahu cara yang baik untuk memuji orang. Begitu pula, aku selalu buruk dalam menanggapi pujian dari seseorang.
Pernah suatu kali, seseorang bilang kepadaku “Ini kamu yang nulis? Bagus banget!”
Aku hanya terdiam. Melihat matanya. Lalu perlahan melebarkan senyumku. Tapi aku tahu, senyumku kaku. Temanku yang berada di sampingku, menyadari itu dan menertawaiku ketika dia menceritakan tentang senyumku kepadaku.
“Goblok! Orang kalau dipuji gitu, jangan diam aja,” katanya sambil coba mengajariku. Dia beberapa tahun lebih tua dariku dan dia juga merupakan salah satu orang yang sering mengajariku banyak hal. Terutama cara berinteraksi dengan orang lain. Jadi ketika dia mengataiku goblok, aku hanya bisa cengar-cengir.
“Lah, saya harus gimana?” tanyaku. Lalu dia menjawab “Bilang terima kasih aja. Itu sudah cukup! Karena kalau kamu diam, nanti dianggap sombong.”
Tapi, kupikir, kemampuanku dalam hubungan sosial sepertinya benar-benar buruk. Aku tidak mengerti kenapa aku harus berterima kasih kepada orang yang memujiku. Aku sempat ingin menanyakan itu kepada temanku, tapi aku takut dia malah tambah mengataiku dengan kata-kata yang paling buruk selain goblok.
Mendengar jawabannya, aku hanya bilang “Iya, iya.” Itu saja. Tapi aku tak yakin dengan jawaban itu. Lagipula, kupikir, aku juga tidak pernah memuji orang lain, jadi kenapa aku harus belajar menerima pujian dari orang lain.
Aku tidak pernah benar-benar tahu apa yang harus kukatakan untuk memuji orang lain. Kalau kuingat-ingat, aku pernah memuji orang lain tapi tidak mengatakannya. Aku hanya tersenyum padanya dan mengangkat jempol kepadanya. Jika hal yang dia lakukan benar-benar membuatku terpukau, aku kadang tepuk tangan dengan penuh sukacita di hadapannya.
Itu sebabnya aku juga jadi sulit jika mendapat pujian dari orang lain. Beberapa kali, aku merasa awkward ketika seseorang memberikan pujian kepadaku. Terutama oleh atasanku.
Sebetulnya, aku senang saja, karena mereka mengapresiasi hal yang kulakukan. Tapi di sisi lain, aku berpikir keras mencari cara menanggapinya selain mengucapkan “thank you.”
Aku ingat, pernah dalam suatu rapat mingguan yang kami lakukan, atasanku memujiku atas presentasi kecilku. Aku adalah satu-satunya orang yang paling banyak diam setiap kali rapat. Tapi waktu itu, aku harus banyak bicara. Bukan karena keinginanku, tapi karena itu bagian dari hal yang harus kulakukan.
Aku mempresentasikan tentang pekerjaanku dan banyak hal terkait. Puji Tuhan, waktu itu, aku merasakan kepercayaan diri yang besar. Aku menjelaskan dan menyampaikan semua isi kepalaku dengan cara yang baik, tenang, dan nyaman.
“How did you get this idea?” pertanyaan itu datang dari atasanku. Aku tak tahu apa maksudnya menanyakan itu. Jadi aku hanya menjawab sesuai dengan yang kulakukan. “I do my own research and read a lot,” jawabku.
Salah seorang di meja rapat itu tampaknya senang dengan jawabanku. Dia mengangkat tangan kirinya dan mengajakku fist bump di depan atasanku. Aku menanggapinya dengan mengangkat tangan kiriku juga padanya. Tapi aku tak menyadari apa yang terjadi.
Lalu atasanku bilang, “This is amazing, Wahab.” Aku perlahan menjawab “Thank you.” Selepas menjawabnya, dia lalu lanjut bercerita dan menyampaikan betapa senangnya dia dengan hal yang kupresentasikan.
Aku hanya diam dan terus memikirkan tentang jawabanku barusan. Aku menyadari bahwa ketika mengatakan “Thank you,” suaraku sangat kecil dan aku mampu merasakan senyumku benar-benar kaku. Tapi tidak apa, pikirku. Setidaknya aku baru saja mempelajari skill baru dan sudah melakukannya dengan baik sesuai saran temanku.