Aku sering menemukan pertanyaan semacam ini, “kenapa kamu sangat pendiam?” atau “kamu memang suka diam, ya?” atau “why are you so quiet?”
Pertanyaan ini, kupahami sebagai salah satu cara basa basi seseorang untuk membuka percakapan. Mungkin itu hal yang biasa saja bagi mereka, dan bukan tidak mungkin itu bisa jadi sebuah lelucon. Semacam cara untuk menghancurkan es yang membeku di tengah lautan. Namun mereka lupa, Titanic tenggelam setelah menabrak gunung es.
Ketika mendapat pertanyaan semacam itu, aku tidak pernah tahu jawaban apa yang tepat untuk kuberikan. Kadang aku ingin memberikan jawaban yang dapat membuat mereka tertawa terbahak-bahak sehingga mereka menganggap lelucon mereka berhasil. Kadang juga, aku ingin menjawab dengan sesuatu yang membuat mereka berhenti menanyakan hal-hal semacam itu, entah itu kepadaku maupun kepada orang-orang diam lainnya yang mereka temui.
Sering kali, aku tidak mampu menjawab apa-apa. Aku lebih sering hanya diam lalu tersenyum atau tertawa kecil, sekadar untuk menghargai usaha seseorang yang telah bertanya. Lagipula, kupikir, tidak semua pertanyaan perlu untuk dijawab.
Namun di balik semua itu, aku kadang berpikir kenapa orang-orang menanyakan hal-hal semacam itu. Aku tak tahu apa yang salah dengan seseorang yang menjadi pendiam atau lebih senang diam. Apakah diamku membuat mereka merasa tidak nyaman? Kupikir, aku perlu mencari tahu itu, atau mungkin juga tidak perlu sama sekali.