Aku masih sering tiba-tiba diserang ide sebelum tidur. Kadang, jika kubiarkan begitu saja dan memaksa diri untuk tidur, aku malah jadi sulit untuk tidur. Sedangkan, bila aku menurutinya, aku bisa menulis catatan panjang dan mengambil waktu tidurku.
Hal seperti ini dulu sering terjadi ketika aku baru mulai belajar menulis puisi. Ada malam-malam ketika aku sedang lelah dan berbaring di kasur, sambil memandang langit-langit kamar, seketika saat itu pulalah kata-kata mengunjungiku.
Ada yang masuk lewat celah tipis jendela yang tidak tertutup rapat, ada yang keluar dari buku-buku lama yang tertumpuk di meja, dan yang paling mengganggu adalah yang datang seperti bisikan dari punggung kepala.
Suatu kali, aku berhasil tertidur dan membiarkan semuanya terjadi. Tapi begitu aku memejamkan mata, aku melihat diriku sedang duduk memegang pulpen dan selembar kertas.
Aku melihat diriku sedang duduk menulis satu puisi panjang. Pada momen itu, kata-kata dengan cepat memenuhi kertasku. Hingga utuh satu puisi.
Tapi ketika aku membacanya, aku tidak mampu mendengar suaraku. Aku terus mengulang-ulang membacanya hingga telingaku mampu mendengar kata-kata keluar dari mulutku. Pada saat itu pulalah mataku terbuka, dan menyadari aku tidak sedang membaca apa-apa. Aku tidak menulis apa-apa.
Hanya mimpi belaka. Begitu aku terbangun pada pagi itu, aku segera mencatat hal yang kuingat dari mimpi ini ke dalam buku catatanku. Hanya saja, tak satu kata pun dalam mimpi itu yang dapat kuingat dan kucatat.