Aku sedang mengingat kenangan dan pengalaman lucuku sewaktu kecil dulu. Pagi tadi, aku membaca sebuah cerita semacam catatan harian yang ditulis seseorang mengenai pengalaman masa kecilnya. Tiba-tiba aku juga teringat dengan kisahku. Kupikir, aku ingin membagikan sedikit cerita menyenangkan di masa kecilku.
Namun ketika menulis catatan ini, aku tiba-tiba berubah pikiran. Seketika keinginanku menceritakan hal-hal menyenangkan itu lenyap begitu saja. Sebab aku merasa tidak bersemangat bercerita, apalagi hal-hal menyenangkan, sedangkan hari ini aku tidak mampu merasakan kesenangan itu sama sekali. Seseorang mengacaukan hariku dengan tingkahnya yang menjengkelkan.
Saat ini aku berpikir untuk menulis catatan panjang yang isinya penuh dengan semacam kejengkelanku padanya. Aku merasa seperti jauh lebih bersemangat untuk melakukan itu. Seolah jika aku selesai melakukannya, segala resah dan kejengkelanku kepadanya akan segera reda.
Mungkin saja, pikirku. Jika aku melepaskan keresahanku padanya, entah itu melalui tulisan maupun ucapan, kupikir suasana hatiku akan segera baik pula. Namun di sisi lain, aku merasa itu bukanlah cara yang baik. Apapun alasannya, aku tidak ingin melakukan itu. Lagipula, kupikir, semakin aku membicarakan tentang kejengkelanku padanya maka semakin besar pula resahku padanya.
Apakah aku masih jengkel padanya hingga saat ini? Tentu saja! Sangat, sangat jelas! Namun apakah semakin besar kejengkelanku padanya dapat membantuku menjadi tenang dan merasa lebih baik? Tentu saja, tidak. Tapi sudahlah. Tak ada gunanya!