Member-only story
Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis melalui tautan ini.
Aku tidak pernah berpikir untuk membenci anjing. Aku tidak ingin membenci anjing, dan aku tidak membenci anjing. Hanya saja, aku tidak pernah punya alasan untuk menyukainya maupun mencintainya. Aku tidak mampu mencintai anjing.
“Mereka lucu loh,” kata temanku suatu kali ketika dia tahu aku tidak terlalu senang dengan anjing.
Sambil mengusap-usap kepala anjing kecil yang tak kutahu jenisnya, temanku menunjukkan kepadaku betapa manis, lucu, dan imutnya anjing itu di pelukannya. Namun sekali lagi, aku tak menemukan semua kata sifat yang ia sematkan untuk menyebut anjing itu. Aku benar-benar tak menemukan alasan untuk menyenangi anjing seperti yang dilakukan temanku.
“Kamu takut dengan anjing kah?” tanya temanku.
“Tidak,” jawabku cepat untuk menutupi tanyanya.
“Lalu kenapa?”
“Lebih tepatnya, aku punya pengalaman buruk dengan anjing,” jawabku lalu tertawa.
Aku menceritakan kepada temanku satu kejadian yang membuatku tidak mampu mencintai anjing, sekalipun aku tidak membencinya.
Aku pernah dikejar anjing, kataku.
Waktu itu aku masih, seingatku, kelas dua SD. Setiap pagi, aku selalu berjalan kaki dari rumah ke sekolah bersama…