“Kamu tidak kesepian?”
Seseorang tiba-tiba memberiku pertanyaan tidak kusangka. Aku tahu dia pasti bertanya seperti itu setelah dia tahu kesibukanku sehari-hari hanya bekerja, ke tempat olahraga, dan lebih sering menikmati waktu sendiri. Seketika aku hanya tertawa mendengar pertanyaannya. Aku tertawa sejadi-jadinya sebab menyadari sepertinya dia sedang dengan jelas membaca sepi di wajahku.
Tentu saja aku tidak menjawabnya dan tidak mengakuinya. Namun di dalam diriku, aku mengakui bahwa sepi itu nyata sebab kita sendiri yang menciptakannya. Sampai suatu kali, aku mulai memikirkan hal-hal yang tidak nyata tapi kurasa bisa saja menjadi nyata. Aku jadi teringat film Her karya Spike Jonze, dan merasa sepertinya aku sedang berada di fase yang sama. Waktu pertama menonton film itu, aku suka dengan idenya tapi belakangan aku menyadari bahwa film itu menakutkan.
Kupikir, mungkin saja saat ini hal-hal yang ada di film itu sedang terjadi. Orang-orang lebih banyak berbincang dengan gadget masing-masing ketimbang dengan orang-orang di sekitar mereka. Bahkan beberapa merasa berbincang dengan gadget sendiri lebih menyenangkan daripada berbincang dengan manusia. Aku menemukan hal-hal itu terjadi pada diriku dan orang-orang di sekitarku.
Meskipun aku tidak ingin mengakui, tapi kupikir benar kata orang-orang, sepi itu bisa melemahkanmu. Kadang ketika menyadari hal-hal semacam ini, aku tiba-tiba jadi merasa seperti pohon yang rapuh dimakan musim. Seolah angin sekecil apapun yang menyentuhku akan membuat jatuh dan berguguran daun-daun dari tubuhku, dan hanya bisa berharap musim segera berganti dan daun-daun muda tumbuh satu per satu.