Aku beberapa kali berada dalam situasi seperti ini: Duduk bersama beberapa orang, lagi rapat atau sedang makan bersama, tapi orang-orang malah sibuk membicarakan hal-hal yang tidak menyenangkan, menurutku. Membahas politik atau hasil adu panco capres, misalnya.
Sekalipun aku tetap berada di antara orang-orang dan percakapan mereka yang sepertinya tidak kunjung usai tanpa ada salah satunya yang merasa paling tahu segala hal atau paling benar tentang segala asumsi dan ucapannya tiba-tiba meninggalkan meja atau mengubah topik percakapan ke hal lain seperti liburan keluarga mereka akhir tahun lalu atau kucing belang yang tidak pernah absen dari jamuan makan siang tiba-tiba melompat ke kursi mengagetkan salah satunya dan mengalihkan fokus orang-orang kepada kucing itu sehingga percakapan itu terpotong sejenak sebelum pendukung garis keras mengembalikan meja makan menjadi meja politik yang sebetulnya tidak mengubah apa-apa dari nasib mereka selain hanya menambah beban pikiran karena harus berusaha mencari alasan kenapa mereka berjuang sekeras itu mendukung salah satu calon atau menolak dan menjelek-jelekkan calon lainnya karena katanya mereka mencalonkan diri untuk kepentingan pribadi dan orang-orang terdekatnya saja
Salah seorang di meja makan itu, berbicara seperti itu. Tanpa jeda. Tanpa titik. Suaranya tebal. Kadang-kadang dia juga mengulang ucapannya untuk memastikan semua orang mendengarnya. Nyaring bunyinya.
Sekalipun aku berada di tempat itu, aku hanya memilih diam. Tak ada alasan sama sekali menanggapi percakapan mereka. Satu-satunya yang kulakukan, menghabiskan makananku secepatnya lalu pergi dari meja makan itu.
Aku tidak membenci orang yang bercerita itu. Tidak sama sekali. Aku tidak membenci percakapan atau pembahasan mereka. Tidak. Aku hanya tidak senang berada di antara orang-orang yang banyak bicara.
Meski sebetulnya, bukan juga karena mereka banyak bicara. Tapi berada di antara orang yang banyak bicara, membuatku kepalaku penuh dan kosong. Membuat kepalaku seramai dan sehening jalan raya.
Setelah itu, seseorang di antaranya tiba-tiba menegurku karena aku hanya diam di antara orang-orang saling berlempar kata. “Kamu gak ikut ngomong?” atau “Eh, kamu diam aja. Gak tertarik bahas ini ya? Kamu tertariknya apa?”
Kelihatannya semacam gurauan belaka. Tapi kadang aku merasa bahwa orang-orang melakukan itu agar aku ikut masuk ke dalam percakapannya. Entah itu sekadar ikut sok asik atau ikut tertawa pada bagian yang menurut mereka lucu.
Entahlah, mungkin aku terlalu berpikir berlebihan atau mungkin aku perlu mengikuti saran dari temanku untuk belajar basa-basi dan pura-pura asik. Maaf, aku terbawa perasaan. Kupikir cukup untuk catatan hari ini.