Anjing tetanggaku menggonggong lagi pada malam seperti ini. Ketika mata sudah mulai mengantuk dan punggung sudah lelah, hanya tidur yang dibutuhkan. Namun gonggongan anjing itu lebih memuakkan dari alarm yang kusetel setiap pagi hari.
Gonggongannya baru saja selesai. Segalanya sudah kembali tenang, tapi aku sudah terlanjur kesal. Gonggongannya membuatku semakin tidak senang dengan keberadaan anjing di sekitarku. Bukan, aku bukan tidak senang dan benci dengan anjing. Aku hanya tidak senang dengan keberadaan anjing-anjing menjengkelkan di sekitarku.
Temanku menyebut, anjing sejenis ini adalah anjing caper. Anjing yang suka mencari perhatian. Aku hampir percaya dengannya ketika dia mengatakan itu. “Oh, kalau begitu, itu tandanya dia sedang cari perhatian?” tanyaku penasaran.
Dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya tertawa dan itu membuatku kesal. Aku kesal apakah dia menertawai pertanyaanku atau dia menertawaiku yang benar-benar hampir percaya dengannya.
Namun kupikir, mungkin saja itu benar. Anjing-anjing itu terus menggonggong untuk mencari perhatian. Mengingatkanku pada beberapa orang yang tak henti berbicara sampai seseorang mendengarkannya.