Member-only story

#332

Mendengarkan Payung Teduh

“Bila nanti saatnya telah tiba …”

wahab
2 min readFeb 25, 2025

--

Belum menjadi Medium Member? Baca gratis melalui tautan ini.

Aku tidak berani melakukannya sekalipun aku benar-benar berpikir ingin melakukannya. Entah sudah berapa kesempatan kulewatkan begitu saja, dan berlalu begitu saja. Namun ketika aku sudah berpikir mampu melakukannya, kesempatan itu ternyata tak datang lagi.

Kupikir begitulah penyesalanku sebab telah melewatkan kesempatan untuk berbincang dengan Is, penyanyi yang kukenal melalui lagu-lagunya di Payung Teduh. Hampir setiap Jumat, aku selalu melihatnya ke masjid yang sama denganku. Bahkan, ia selalu di tempat yang sama, satu baru baris tepat di belakangku.

Namun beberapa pekan terakhir ini, aku tidak lagi melihatnya. Waktu itu berlalu begitu saja dan aku tidak sempat menyampaikan terima kasih kepadanya.

Aku selalu mengagumi lagu-lagu yang liriknya ditulis dengan sederhana namun penuh makna yang dalam. Belum lagi jika nada dan iramanya tepat, maka hanyutlah aku seketika. Bahkan, aku bisa membiarkan diriku terlentang melupakan segalanya dan mendengarkan lagu itu sambil memejamkan mata.

Seringkali, yang kutahu, lagu-lagu semacam itu diambil dari hal-hal biasa yang terjadi dalam keseharian. Lalu ditulis dengan penuh penghayatan…

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet