Hari 1 Ramadan

Menenangkan Debat

Belajar dari pengalaman

wahab
2 min readMar 12, 2024
Photo by Kien Do on Unsplash

Siang tadi, teman kerjaku mengajakku dan satu lagi temanku untuk rapat kecil-kecilan sebelum kami rapat mingguan. Hanya kami bertiga. Seperti biasanya, dia selalu lebih senang mengajak kami ke kafe di tepi pantai.

Aku sama sekali tidak masalah harus ke kafe dalam keadaan berpuasa. Aku sudah cukup terlatih menahan lapar dan haus. Hanya saja, puasa bukan sekadar itu. Benar saja, aku harus belajar menahan diriku dari banyak hal yang kupikir dapat mengganggu puasaku.

Yang terberat adalah menahan diri untuk tidak beradu gagasan secara panjang lebar. Aku bukanlah orang yang senang menjelaskan satu hal berkali-kali bahkan hingga berpanjang lebar. Tapi temanku adalah orang yang selalu punya pertanyaan yang jawabannya seringkali mengarah pada hal sama.

Aku menyadari itu. Dari pengalaman beberapa pertemuan sebelumnya, dia juga selalu melakukan hal yang sama. Kupikir, itu adalah bagian dari kebiasaannya. Dia butuh benar-benar memahami satu hal sebelum lanjut ke hal berikutnya. Sedangkan aku, perlu menjelaskannya berulang-ulang sebelum dia memahaminya. Kadang berjalan dengan mudah, kadang juga tidak.

Beruntung hari ini, semuanya berjalan lancar. Entahlah, apakah penjelasanku kali ini yang akhirnya mudah dipahami atau dia yang sudah gampang mengerti. Jadi aku tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk bicara banyak.

Tapi ternyata, dia baru saja punya pengalaman baru. Kupikir, dari pengalamannya itu dia kini menjadi sedikit tenang, sedikit bijak menggunakan energinya, dan tidak banyak mendebatkan hal-hal yang kadang kupikir tidak penting.

Dia baru saja kembali dari perjalanan panjang. Semacam perjalanan dinas. Dia bercerita tentang pengalamannya di sana dan satu hal yang ternyata mengubahnya. Katanya, dari pengalamannya itu, dia kini menjadi orang yang tidak lagi senang berdebat atau beradu gagasan panjang lebar.

Akhirnya, katanya, dia merasakan ternyata beradu gagasan itu sangat melelahkan. Dia merasa seperti kehabisan energi. Padahal, dia mengakui bahwa sebelum-sebelumnya, jika seseorang ingin mendebatnya dia bisa saja bicara panjang lebar sampai salah satu dari mereka ditumbangkan kata-kata.

Tapi sekarang, katanya, dia lebih memilih-milih kepada siapa atau untuk hal apa dia ingin meluangkan energinya. Dia merasa jauh lebih baik menenangkan debat sebelum dimulai daripada memenangkan debat yang telah menguras segalanya. Aku senang mendengarnya mengatakan itu.

Sambil mendengar ceritanya, aku berpikir bahwa puasa juga mengajarkanku itu. Mengajarkanku untuk menahan dari, menenangkan diri, dan lebih bijak menggunakan waktu, pikiran, dan tenagaku untuk hal yang penting-penting saja.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet