Pagi tadi, aku berangkat ke kantor dalam keadaan yang buruk. Tidak seperti biasanya. Aku berangkat terburu-buru dengan perut kosong, kepala pening, dan perasaan yang tidak stabil. Semua karena terlambat bangun pagi!
Belakangan ini, pagiku selalu terasa tiba lebih cepat, sedang malam semakin melambat. Jadwal keseharianku jadi sedikit berantakan. Aku jadi sering susah payah tertidur di malam hari dan sama susahnya terbangun pada pagi hari.
Sekalipun aku berhasil memaksakan diriku, aku selalu terbangun dalam keadaan mata dan kepala yang berat. Akibatnya, aku memulai pagi dengan bermalas-malasan. Padahal, sebelumnya, aku selalu menjalani kebiasaan pagi yang kupikir baik bagiku.
Biasanya, pagiku selalu dimulai dari sembahyang, menulis pagi, peregangan badan, menyiapkan sarapan, menikmati sarapan, santai sejenak (biasanya membaca buku atau mendengarkan lagu, tapi seringkali hanya scroll media sosial), mandi, bersiap-siap, lalu berangkat ke kantor.
Namun jika aku terlambat bangun, aku akan melewatkan banyak hal. Seperti yang terjadi beberapa hari belakangan ini, terutama pagi tadi. Aku bangun terburu-buru, mandi dan bersiap-siap, lalu berangkat ke kantor.
Tentu saja ini bukanlah hal yang baik untuk dijadikan kebiasaan. Jadi aku menyempatkan waktuku untuk memikirkan kembali apa yang terjadi belakangan ini. Aku tahu bahwa ini terjadi karena aku terlambat bangun pada pagi hari yang disebabkan karena terlambat tidur pada malam hari.
Setelah kusiasati, aku terlambat tidur pada malam hari karena ada beberapa hal. Pertama, karena aku menonton sepakbola pada larut malam. Biasanya aku hanya menyaksikan pertandingan tertentu. Tapi kalau yang bertanding adalah tim favoritku, tentu aku tidak ingin melewatkannya.
Kedua, karena aku sering lambat memulai menulis. Biasanya, aku sudah selesai menulis sebelum jam 9 malam. Tapi belakangan, aku kebanyakan menunda dan malah baru mulai menulis pada pukul 9 malam. Aku tahu, menunda itu kebiasaan yang tidak menyenangkan bagi diri sendiri.
Ketiga, karena aku melewatkan berjam-jam dengan rebahan sambil tangan kananku tak henti mengusap layar ponselku. Jika pegal, aku akan mengubah posisi menggunakan tangan kiri.
Ponselku membuat mataku terus terjaga sedang waktuku berlalu begitu saja. Kadang-kadang aku merasa sulit menghentikan diri. Lalu begitulah, petaka-petaka kecil mulai bermunculan. Tidur terganggu dan suasana hati pun ikut menjadi kacau.