Aku sudah membiasakan diri untuk tidur lebih awal agar dapat terbangun lebih awal juga. Biasanya aku tidur pukul 9 malam agar dapat bangun dengan segar pada pukul 5 pagi. Aku melakukan ini agar bisa mendapatkan waktu tidur 8 jam yang berkualitas. Setidaknya begitu waktu tidur yang dibutuhkan, kata artikel yang kutemukan dan kubaca secara tidak sengaja.
Tapi semenjak aku rutin menulis di medium setiap malam, jadwal tidurku terganggu. Aku jadi terlambat tidur dan akhirnya terlambat pula untuk bangun pada pagi hari. Sekalipun aku memaksakan diri untuk bangun pukul 5 pagi sesuai jadwal alarmku, aku akan terbangun sholat subuh dengan mata yang berat.
Awalnya aku masih memaklumi dan mencoba memberi kelonggaran. Aku mengundur waktu tidurku 30 menit lebih lambat, menjadi 9.30 malam. Tapi ternyata itu tidak berhasil. Aku membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tulisanku dalam sekali duduk. Biasanya, paling lambat akan selesai pukul 10 malam.
Tentu saja ini tidak baik. Apalagi jika sudah menjadi kebiasaan. Selain waktu tidurku terganggu, cara menulisku pun ikut terganggu. Aku biasanya terpaksa menyudahi tulisanku begitu saja karena ingin segera tidur atau akibat kantuk yang datang lebih cepat. Hasil tulisannya, seperti yang kukatakan pada kalimat pertama paragraf ini.
Hari ini, mumpung lagi libur. Aku mencoba untuk mengatur ulang semua jadwalku. Aku mengamati dan mencatat apa-apa saja kebiasaanku dan kegiatanku dalam sehari. Berapa waktu yang kubutuhkan untuk satu kegiatan, apakah itu dapat diselesaikan lebih cepat, dan sebagainya.
Setelah itu, aku bisa melihat kegiatan apa yang menghabiskan waktuku terlalu banyak. Ternyata aku menghabiskan terlalu banyak waktu membuka media sosial, menonton video-video lucu, menggulirnya lagi dan lagi hingga waktu terus berlalu. Berjam-jam berlalu tanpa kusadari. Seperti yang kukatakan sebelumnya, tentu saja ini tidak baik.
Pada pekan pertama Januari, aku sempat menyadari itu. Aku menghapus aplikasi media sosial di hpku. Hasilnya, aku dapat mengerjakan banyak hal dengan baik dan tidak terburu-buru. Bahkan aku bisa tertidur sesuai dengan waktu tidurku seperti biasanya.
Namun di sisi lain, pekerjaanku banyak terkait dengan media sosial dan internet secara umum. Jadi, kupikir, aku tetap butuh waktu untuk media sosial. Biasanya kugunakan mencari inspirasi baru untuk kuterapkan pada pekerjaanku. Namun yang sering terjadi, aku malah menonton video-video lucu atau membaca komentar-komentar netizen yang kadang kreatif dan di luar nurul.
Aku benar-benar perlu menyiasati agar aku dapat menulis setiap hari tanpa mengganggu waktu tidurku. Tapi aku belum menemukan solusinya selain membatasi waktuku bermain media sosial. Jika itu berhasil, aku tentu saja bisa menulis sesuai dengan jadwal yang telah kurencanakan. Menulis setiap pukul 8 malam selepas sholat isya. Setelah itu, pukul 9 malam, tidur!
Apakah ini terdengar seperti hari-hari yang membosankan? Entahlah, namun aku mencintai hari-hari yang kujalani.