Besok aku akan melakukan perjalanan tapi barang-barangku masih berantakan. Aku belum selesai mengepak pakaian yang ingin kubawa untuk mudik lebaran ke kampung halaman. Kepalaku pusing memilih barang-barang yang harus kubawa hanya untuk beberapa hari.
Sebetulnya, aku sudah merencanakan untuk selesai mengepak barang-barangku setidaknya sehari lebih awal sebelum berangkat. Sebab aku tahu pekerjaan sederhana ini, bagiku, selalu lama. Aku selalu butuh waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan barang-barang yang akan kumasukkan ke dalam tasku.
Kadang aku merasa bahwa memilih barang-barang apa saja yang harus kubawa, ternyata tidak mudah. Sekalipun itu sesederhana mengepak pakaian untuk mudik. Bahkan aku biasanya mempertanyakan kembali kepada diriku, benarkah aku membutuhkan barang-barang ini?
Aku selalu tidak ingin membawa terlalu banyak barang, jadi aku berusaha untuk memisahkan barang-barang yang tidak kubutuhkan. Tapi biasanya, jika Ibuku membantuku, barang-barang yang sebelumnya kusingkirkan, pada akhirnya pasti akan masuk juga ke tasku. Dia selalu bilang, “Tidak apa-apa, bawa aja, nanti juga kamu butuh.”
Dalam kondisi ini, ketika harus melakukannya sendiri, aku harus benar-benar mengandalkan diriku sendiri. Aku harus bisa memberikan alasan kepada diriku kenapa barang-barang ini perlu kumasukkan ke dalam tasku.
Selebihnya, jika aku tak juga menemukan alasannya, kupikir aku akan memasukkan saja semua barang yang kurasa perlu. Seperti kata Ibuku, “Nanti juga butuh.”