Member-only story
Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis tulisan ini di sini.
Mungkin aku berlebihan. Pagi tadi aku melakukan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan akan kulakukan.
Aku sedang duduk bekerja di kantor bersama tiga teman lainnya. Kami berempat duduk di satu meja yang sama. Seperti biasanya, di sela-sela bekerja, kami selalu berbincang. Entah itu mengenai pekerjaan maupun hal-hal lainnya. Sering kali tentang pekerjaan, tentu saja.
Kami sedang berdiskusi mengenai bahan-bahan untuk majalah bulanan kantor. Mulai dari tema, foto, hingga artikel. Lalu pada satu pembahasan, terjadi perdebatan kecil. Ini sebetulnya hal biasa dan selalu terjadi pada setiap diskusi kami.
Namun perdebatan pada diskusi ini membuatku kesal. Sebab seorang temanku melemparkan sebuah pertanyaan. Ketika salah satu di antara kami menjawabnya, dia dengan mentah menolaknya. Lalu menantang semua orang untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya.
“Kalau ada di sini yang bisa jelaskan kepadaku, aku akan setuju.”
“Saya sudah jelaskan. Jawabannya juga sederhana, tapi kau menolaknya mentah-mentah,” jawab salah satu temanku.
“Aku tidak menolak mentah-mentah jawabanmu,” balasnya.
“Sudah, kau tidak mau mengerti,” jawab temanku lagi.