Member-only story
Ketika aku berlayar pada September lalu, aku sempat bercerita dengan salah seorang pelaut. Katanya, laut dan ombak memang adalah hal besar yang akan selalu ia temui dan hadapi dalam pekerjaannya. Namun, baginya, itu bukanlah tantangan terbesar yang harus ia taklukkan. Bagi semua pelaut, tanpa mengecilkan atau menganggap sepele lautan, rindu jauh lebih menakutkan. Ia bisa menenggelamkanmu seketika.
“Rindu. Kangen, tapi saya tidak mau kepikiran rumah kalau sedang bekerja,” katanya, mengakui betapa berat hidup dan bekerja jauh dari keluarga.
Selama bertahun-tahun melaut, dia sudah mahir membaca lautan dan menikmati ombak. Namun rindu, ia tidak pernah tahu bagaimana cara menghadapinya.
Pelaut yang jika kuperhatikan sekilas saja, ia tampak gagah dan perkasa. Yang aku tak tahu, jauh di dalam ruang hampa di hatinya, tersembunyi kerapuhan yang setiap hari harus berusaha ia sembunyikan. Bukan hanya dari teman-teman dan orang di sekitar, tetapi ia juga menyembunyikannya dari diri sendiri.
“Bekerja aja terus setiap hari. Kalau pekerjaan sudah beres, saya ngumpul sama teman-teman atau ke kamar dan langsung tidur,” katanya…