Kadang aku tidak percaya bahwa satu pertanyaan dapat mengubah perasaan seseorang seketika. Dari yang sebelumnya cerah ceria menjadi gundah gulana. Mungkin gundah gulana terdengar berlebihan, tapi setidaknya, itu yang kualami.
Kadang itu hanya hal sederhana. Hanya pertanyaan biasa saja. Namun ketika aku mencoba mencari jawabannya, pikiranku membentur sejumlah pertanyaan lain. Apakah pertanyaan yang sederhana sebetulnya tidak benar-benar sesederhana itu?
Aku coba memikirkan kembali ketika seseorang bertanya “Bagaimana kabarmu hari ini?” Ini menurutku hanya pertanyaan sederhana. Seseorang kadang menggunakannya sebagai pertanyaan basa-basi semata. Begitu pula, tentu orang lain akan menjawabnya seadanya pula. “Ya, baik.”
Tapi tidak ada orang yang pernah menguraikan jawabannya, bahwa sebaik apakah baik yang dimaksudnya itu? Aku kadang mendapat pertanyaan yang sama dan punya jawaban yang selalu sama “Baik,” hanya karena aku tidak ingin bercerita panjang lebar. Terlebih lagi jika kutahu itu hanya basa-basi belaka.
Kadang aku ingin menjawab pertanyaan itu sesuai dengan kenyataannya. Misalnya, jika aku merasa baik, tentu akan kujawab baik. Sedangkan jika buruk, aku kadang ingin bercerita bahwa “Aku sedang tidak mengalami hari yang baik.”
Tapi aku tidak ingin pikiranku menyentuh hal-hal lain. Aku tidak ingin perasaanku seketika berubah hanya karena menemukan bahwa jawabanku sebetulnya tidak sesuai dengan yang kualami. Aku tidak ingin mengakui bahwa ada sesuatu yang sedang tidak baik, sebab aku takut jika itu justru membuat segalanya malah menjadi tidak baik.
Jadi, selalu kujawab dengan hal yang sama. “Ya, aku baik. Semuanya baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” Meski pada saat bersamaan, aku menyadari bahwa ada warna yang berubah di dalam diriku selepas menjawab pertanyaan itu.