Adakalanya aku tidak ingin bercerita apa-apa. Bukan karena tidak punya hal yang ingin diceritakan. Bukan pula karena tak ada teman untuk berbagi cerita. Aku hanya tidak ingin bercerita tentang apa-apa kepada siapa-siapa. Ketika aku mengalami itu, aku hanya ingin diam. Namun kadang orang-orang di sekitar menganggap diam adalah hal yang tidak menyenangkan. Meski tidak semua orang seperti itu, tetapi beberapa orang yang pernah kutemui, mereka seperti tidak senang jika ada seseorang yang hanya diam di sekitar mereka. Aku tidak tahu apakah mereka benar-benar tidak senang. Itu hanya kesimpulanku belaka setelah melihat bagaimana mereka memperlakukan orang-orang yang diam, salah satunya aku. Suatu kali, aku mendapati seseorang tiba-tiba menghampiriku dan menanyaiku “Kamu senang kan berada di sini?” Aku tertawa melihatnya sebab tidak pernah terpikir olehku seseorang akan bertanya seperti itu kepadaku. Apalagi, pertanyaan itu datang dari seseorang yang baru kukenal. Maksudku, apa gerangan yang membuatnya tiba-tiba menyimpulkan bahwa aku sedang berada di antara kondisi senang atau tidak senang pada sesuatu. Aku tidak menjawab pertanyaannya. Selepas tertawa, aku hanya diam sambil tersenyum padanya. Mungkin dia tidak ingin aku salah paham, jadi dia tiba-tiba merasa perlu menjelaskan maksud pertanyaannya sebelum aku menanyakan itu. “Soalnya orang-orang selalu mencandaimu sebab kamu selalu diam dari tadi. Bukan dari tadi, tapi dari kemarin-kemarin juga seperti itu.” Aku tidak tahu apa yang salah dengan menjadi diam di antara orang-orang yang tak pernah lelah bicara dan tertawa. Apalagi menjadi diam bukan berarti tidak senang dengan suatu hal. Tapi di sisi lain, aku kadang menyadari bahwa terlalu banyak orang yang tidak senang dengan orang yang diam. Kadang mereka menjadi kaku, salah tingkah, atau mati kutu hanya karena mereka bicara dan tertawa tapi seseorang di tengah-tengah mereka hanya diam. Jika memungkinkan, mereka lebih baik memilih tidak berada di situasi seperti itu. Sama seperti pengakuan temanku ketika kami sudah mulai sedikit akrab. Dia bercerita padaku tentang awal kami jumpa. Katanya, diamku membuatnya tidak tahu harus melakukan apa dan tidak tahu harus mengucapkan apa. Aku hanya tertawa lalu mencandainya “Kamu gak asik sih, makanya aku cuma diam!” Tapi itu hanya canda belaka. Selebihnya, aku menyadari bahwa aku sering berada pada kondisi malas bercerita apa-apa kepada siapa-siapa. Alasannya bermacam-macam. Kadang karena aku memang lelah dan butuh waktu untuk hanya diam. Kadang pula karena tidak mengerti dan tidak tertarik dengan pembicaraan orang-orang. Kadang juga karena aku senang diam-diam mengamati segala hal yang terjadi di sekitarku. Entah itu memperhatikan hal-hal yang dilakukan orang-orang atau menyimak percakapan mereka. Tapi satu hal lain, dan ini baru terjadi sekali, aku diam karena berada di sekitar orang yang membuatku nyaman dan aman sehingga tidak terpikir olehku untuk mengatakan apa-apa. Hanya diam. Itu terjadi ketika kami duduk berdua di suatu sore, di tepi laut, memandang matahari tenggelam.