Menjadi Linkin Park

wahab
3 min readJul 9, 2024

--

Photo by Joel Muniz on Unsplash

Aku masih bersekolah di tingkatan Taman Kanak-Kanak ketika pertama kali tahu Linkin Park. Waktu itu, Linkin Park mulai terkenal di mana-mana selepas mereka merilis lagu In The End, lagu yang ketika dewasa baru kupahami maknanya.

Kesukaanku pada Linkin Park semakin bertumbuh sebab Kakakku juga sering mendengar lagu-lagu yang sama, membeli kaset-kasetnya, dan bahkan mengenalkan nama-nama personilnya kepadaku. Sekalipun waktu itu, aku benar-benar tidak mengingat semua nama mereka kecuali Mike Shinoda, sebab itu satu-satunya nama yang menarik perhatianku. Namanya terdengar seperti nama Amerika-Jepang. Bahkan, aku sempat mengira bahwa Mike Shinoda adalah nama vokalis utamanya, ternyata bukan.

Dari lagu In The End, aku lalu mendengar lagu-lagu lainnya dari album Hybrid Theory itu, termasuk Papercut, One Step Closer, Crawling, dan banyak lagi. Di dalam album itu, hampir semua lagunya menjadi kesukaanku waktu itu. Meskipun begitu, waktu itu aku hanya menikmatinya karena suka dengan musiknya yang keras dan teriakan-teriakannya dengan napas yang panjang. Belakangan, aku baru tahu istilah itu disebut Screamo.

Semenjak mengenal Linkin Park, lagu-lagu yang kunyanyikan di kamar mandi pun juga sudah berubah. Sekalipun aku tidak menghapal lirik lagu dan menyebutnya dengan jelas, aku tetap bernyanyi seolah itu adalah penampilan terbaik yang kutunjukkan. Aku bahkan sesekali mencoba melalukan Screamo itu di kamar mandi hingga tidak melakukannya lagi setelah Ibuku menegurku.

Selain menyukai musik-musiknya, video klipnya juga membuatku semakin tertarik dengan Linkin Park. Hingga membuat aku diam-diam ingin meniru gaya mereka. Mulai dari cara berpakaian mereka seperti di klip In The End, Chester Bennington, sang vokalis utama mengenalkanku dengan satu gaya berpakaian yang baru. Mengenakan kemeja yang hanya terkancing pada bagian lehar, lalu bagian bawah dan seterusnya dibiarkan terbuka sehingga terlihat seperti mengenakan jubah Superman.

Lalu pada video klip One Step Closer, aku tertarik dengan tampilan rambut mereka yang berdiri berduri seperti landak. “Aku mau jadi Linkin Park,” begitu kataku. Aku mencoba beberapa cara untuk bisa memiliki gaya rambut yang sama. Kupikir, mengenakan gel rambut saja sudah cukup untuk membuat rambutku berdiri tegak. Ternyata, kata Kakakku, dia tahu teknik yang tepat agar rambutku bisa berdiri.

Tepat pada hari kelulusan dan perpisahan Taman Kanak-Kanak, juga disertai dengan acara makan-makan dan kumpul ceria, aku berpikir untuk menampilkan gaya rambut itu kepada teman-temanku. Dibantu oleh Kakakku, rambutku baru selesai setelah kurang lebih tiga puluh menit. Butuh waktu dan kesabaran untuk membuatnya berdiri seperti yang kuinginkan.

Dengan penuh kepercayaan diri, aku keluar rumah menuju ke sekolah dengan gaya rambut, yang kupikir terbaik, yang kumiliki. Di perjalanan, aku tidak henti mengecek rambutku. Sesekali aku mencoba menyentuhnya secara perlahan, dan jika rambutku menusuk ke tanganku, itu artinya rambutku masih berdiri sempurna.

Dari kejauhan sebelum memasuki halaman sekolah, aku sudah melihat keramaian. Tiba-tiba saja kepercayaan diriku memudar dan begitu pula keinginanku untuk menampilkan rambut Linkin Park itu kepada teman-temanku. Tepat ketika turun dari kendaraan, seketika aku membuka kedua telapak tanganku lebar-lebar lalu mengusap kepalaku. Rambutku lepek seketika beserta kepercayaan diriku. Aku tidak menceritakan bagian itu kepada Kakakku sebab dia sudah meluangkan waktunya dengan sabar untuk membantuku mendapatkan gaya rambut yang kuinginkan itu.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet