Tetanggaku memelihara dua ekor anjing. Aku tidak pernah melihatnya secara langsung, tapi aku tahu dari gonggongannya yang selalu mengacaukan suasana hatiku.
Anjing-anjing itu sangat sensitif. Mereka akan menggonggong tanpa henti hanya karena mendengar seseorang membuka pintu kamar, menyeret sandal ketika berjalan, atau sekadar memarkir motor. Terlebih lagi, segala hal itu terjadi dari balik tembok yang tinggi.
Begitu mendengar suara, tak peduli dari mana asalnya, anjing-anjing itu akan menggonggong. Hal itu, pada satu sisi, merupakan suatu yang baik. Sebab anjing-anjing itu memiliki kepekaan yang tinggi.
Namun pada sisi lain, hal terburuknya adalah karena anjing itu akan menggonggong dalam waktu yang lama dan suara yang sangat besar. Mendengarkan gonggongan itu sekitar 30 menit saja sudah cukup membuat kepalaku serasa ingin pecah.
Aku bahkan jadi sering mengumpat karena anjing itu. Aku mengumpat dalam pikiranku tentang betapa meresahkannya anjing-anjing itu. Semacam catatan ini, kupikir ini adalah salah satu cara yang baik untuk melepaskan keresahanku terhadap anjing itu.
Sekarang, anjing itu baru saja selesai menggonggong. Aku tidak menghitung berapa lama, tapi sepertinya cukup lama sampai-sampai aku memutuskan membuat catatan ini khusus untuknya.
Meski begitu, aku tidak membenci mereka. Apa yang mereka lakukan adalah bagian dari diri mereka. Gonggongan adalah bagian tak terpisahkan dari anjing-anjing itu. Kupikir, aku hanya perlu belajar untuk memahami dan menanggapi hal-hal yang terjadi di sekitarku dengan cara yang lebih baik.