Ini adalah catatan tentang hal yang tidak benar-benar terjadi. Tidak pada kenyataan, tetapi hanya di dalam pikiranku saja.
Aku menulis catatan ini sambil mencoba membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam pikiranku jika aku melakukan “ini” atau jika aku melakukan “itu.” Semacam hal-hal yang biasanya membuat seseorang lewah pikir, selalu ada “bagaimana jika ini atau bagaimana jika itu” yang mereka pikirkan sebelum sesuatu itu benar-benar terjadi.
Begitu pula aku saat ini, berusaha menikmati segala hal yang sebetulnya mungkin saja sederhana, tetapi karena aku terus memikirkan banyak hal, jadinya aku merasa segalanya tiba-tiba menjadi rumit.
Seperti kata temanku — dulu aku punya seorang teman yang senang mengamati kalimat seseorang — jika kalimat dalam tulisan mereka terlalu panjang dan tampak seperti mereka kesulitan menjelaskan satu hal sederhana dengan cara yang singkat, itu adalah gambaran dari sesuatu yang sedang terjadi dalam pikiran mereka.
Katanya, mereka bahkan tidak mampu menyederhanakan sesuatu dalam pikiran mereka sebelum menyampaikan atau menuliskannya. Tapi itu bukan masalah, katanya. Itu sebabnya seseorang perlu menuliskan atau mengungkapkan kerumitan-kerumitan yang terjadi dalam pikiran mereka.
Sebab, katanya — dia terus menjelaskan, jika kamu menyimpan hal-hal rumit dalam pikiranmu sendiri maka itu bisa membuatmu mengacaukan pikiranmu.
Sekali lagi, katanya, tuangkan segalanya secepatnya. Biarkan semua mengalir. Setelah semua selesai atau setelah kau merasa benar-benar bersih, barulah kunjungi catatanmu itu.
Biasanya, katanya sekali lagi, hal-hal indah bersembunyi di balik sesuatu yang sering kali kita anggap sebagai hal-hal buruk atau tak berguna.
Benar juga pikirku. Setelah catatan itu, aku akhirnya menemukan satu hal. Aku akhirnya memiliki satu teman baru yang selalu kusebutkan dalam catatan itu sebagai seseorang yang ucapannya selalu kumulai dengan “katanya.”
Jadi ya, begitulah, katanya!