Dua jam lalu seharusnya aku sudah tidur. Lagi-lagi aku melewatkan jam tidurku. Tubuh dan mataku lelah, tapi aku tak tahu apa yang menahanku untuk tidak tertidur. Bukan hanya menahanku untuk tidak tidur lebih awal, tapi juga membuatku menjadi tidak memiliki keinginan untuk melakukan apa-apa.
Termasuk menulis catatan ini. Aku membuka laptop ini tiga jam lalu, tapi sekadar membukanya lalu aku berbaring menatap langit-langit kamar. Aku tak tahu kenapa ia disebut langit-langit, dan aku tak tahu kenapa tiba-tiba memikirkan itu. Tak ada apa-apa yang menarik di atas sana. Hanya ada papan persegi berwarna putih polos.
Di sampingku, juga ikut berbaring buku yang belum selesai kubaca. Hari ini aku hanya membaca sembilan lebar saja. Aku membacanya pagi tadi sebelum berangkat kerja. Pada hari minggu kemarin, aku mampu membaca sampai tiga puluh lembar. Aku membaca cukup lambat, sebab jika menemukan adegan yang menarik dalam sebuah cerita, aku selalu membayangkannya. Kadang pula ketika menemukan kalimat yang menarik, aku memikirkan apa yang dipikirkan penulisnya ketika menuliskan kalimat itu.
Tiga paragraf awal itu hanyalah caraku mengalihkan pikiran dan perasaanku agar tidak larut dalam hal-hal yang sementara coba kupahami. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi, dan apa yang sedang mengganggu pikiranku. Tiba-tiba saja aku seperti merasa hampa. Seolah diriku penuh tapi tak tahu berisi apa. Namun pada saat bersamaan, ia juga terasa terlalu berat untuk dikatakan kosong.