Aku terbangun pagi ini dan merasa hari ini benar-benar beda.
Hari ini, orang-orang sedang merayakan nyepi. Benar-benar sepi. Tenang. Di luar sana, hanya ada keheningan. Aku tak mendengar apapun sama sekali. Sekalipun itu sekadar langkah kaki, suara tetangga yang sedang mengobrol atau bekerja di rumahnya, hingga bunyi kendaraan yang lalu lalang.
Di luar, hanya ada suara-suara alam. Bunyi hujan yang membasahi pagi, lalu cericit burung-burung saling bersahutan selepas hujan reda, hingga suara anjing tetangga yang sesekali menggonggong. Anjing ini, aku tak tahu apa masalahnya.
Hingga malam tiba, sekadar cahaya lampu pun tak ada sama sekali. aku mencoba mengintip dari jendela kamarku dan kulihat hanya ada gelap. Tak ada seorang pun menyalakan lampu depan rumah mereka dan lampu-lampu jalan. Di luar, yang bercahaya hanya kelap-kelip bintang-bintang.
Aku tidak paham banyak hal tentang nyepi, tetapi setelah mengalaminya secara langsung, aku jadi menyadari banyak hal. Aku melihat momentum nyepi ini sebagai bentuk penyucian. Penyucian diri dan penyucian alam.
Aku tiba-tiba berpikir, bayangkan dalam sehari saja, tak ada kendaraan di jalanan, tak ada lampu yang dinyalakan, tak ada kegiatan-kegiatan yang mengganggu alam. Meskipun hanya sehari, tapi kupikir itu sangat berarti besar. Sebab manusia dengan sadar memberikan kesempatan kepada alam untuk kembali menyucikan diri.
Hal lain, aku memahami nyepi sebagai hari raya atau semacam tahun baru yang dirayakan oleh umat hindu. Tapi di sini, tak ada lagi batasan agama. Segalanya jadi indah sebab semua orang saling memahami dan menghargai.
Aku sempat punya pertanyaan kecil di dalam kepalaku beberapa hari lalu. “Kalau puasa bertepatan dengan nyepi, apakah kita masih boleh ke masjid?”
Hari Jumat lalu, aku menemukan jawabannya. Orang-orang di masjid menyampaikan bahwa “Boleh asalkan berjalan kaki ke masjid, tidak jalan bergerombol, dan di masjid hanya boleh menggunakan lampu petromak, dan tidak menggunakan pengeras suara.”
Malam ini, seperti biasanya, tentu aku selalu bersemangat untuk ke masjid melaksanakan tarawih malam pertama. Tapi setelah kupikir-pikir, aku sebaiknya di rumah saja. Alasannya biarlah kusimpan sendiri. Setidaknya, dari sini aku mendapat pelajaran dan pengalaman yang berharga.
Selamat merayakan nyepi dan selamat menyambut ramadan.