Sejumlah Catatan Kecil untuk Ulang Tahun Ibu

“Sejumlah catatan kecil ini khusus untuk merayakan ulang tahun ibu. Catatan pertama saya mulai pada tahun 2019, dan catatan-catatan ini akan terus bertambah setiap tahunnya, tentu saja, selama saya masih terus menulis."

wahab
4 min readDec 30, 2022

Aku selalu ingin memberanikan diri mengucapkan tiga kata ini secara langsung kepadamu.

“Selamat ulang tahun, Ibu.”

30 Desember 2022

“Kadang kupikir hidup ini adalah perjalanan dari terima kasih ke terima kasih”

Perjalanan sejauh apapun, yang aku tahu, ia selalu dimulai dengan langkah pertama. Selangkah, lalu selangkah. Ingatlah, di masa kecil ketika kau pertama kali belajar melangkah, berapa kali kau terjatuh, lalu seorang akan datang memelukmu dan memintamu bangkit dan berjalan lagi. Siapapun orang itu, berterima kasihlah padanya.

Ketika kau sudah mampu berjalan lebih cepat, berjalan lebih seimbang, dan bahkan berlari sekencang-kencangnya, ingatlah, bahwa kau pernah terjatuh sebelum akhirnya berani berlari. Berterima kasihlah pada mereka yang pernah memintamu untuk terus bangkit.

Dan sekalipun kau sudah mampu berjalan atau berlari ke mana saja, sejauh-jauhnya, sekencang-kencangnya, kau mungkin saja akan tiba-tiba tersandung batu lalu terjatuh sekali lagi. Tetapi ingatlah, kau hanya perlu berdiri, bangkit, dan berterima kasih kepada mereka yang telah mengajarkanmu melangkahkan kaki sejak pertama kali.

Begitu pula, jika di suatu masa kau berada di puncak kebahagiaanmu, maka temuilah ibumu, dan berterima kasihlah. Berterima kasihlah sampai tak terhingga. Sebab langkah pertamamu dimulai dari ibumu. Sesederhana itu.

Terima kasih, terima kasih, terima kasih, terima kasih, dan selamat ulang tahun, Ibu.

30 Desember 2021

Setiap kali pulang ke rumah, aku selalu punya rencana untuk menghabiskan setidaknya dua atau tiga buku dalam sepekan, agar aku punya cara lain untuk tidak membaca pertanyaan yang tertahan di bibir ibuku atau ketidakpastian yang tertampung di kedua matanya.

Tapi ibuku buku favoritku, dan aku tak pernah mampu menahan untuk tidak membaca segala pertanyaan dan ketidakpastian yang kadang meledak perlahan-lahan di dalam dadanya. ia buku yang berisi kalimat-kalimat indah yang pernah kubaca. setiap kata adalah doa, dan segala tanda baca adalah nasihat.

Ia buku yang tak akan pernah selesai kubaca dan akan terus kubaca. ia satu-satunya buku yang setiap kali kubaca, membuatku merasa waktu seperti terhenti dan segalanya menjadi selamanya.

Pagi ini, aku menemukan kembali satu kalimat yang paling kusuka di dalam dada ibuku, tepatnya di halaman 3012. Bunyinya seperti ini:

“Kau tak akan pernah mampu menemukan kata ‘Cinta’ dalam bahasa ibumu, sebab cinta bukanlah perkataan dan tidak dinyatakan tetapi cinta adalah tindakan, dan itulah kenyataannya.”

Aku akan selalu pulang untuk membaca buku favoritku. Selamat ulang tahun, Ibu!

30 Desember 2020

Saya sering dianggap sebagai orang yang tidak banyak bicara. Mereka benar dan saya tak ingin banyak membicarakan itu. Saya tidak ingin menyalahkan siapapun atas tuduhan itu, terutama ibu yang mewariskan saya kebiasaan tak banyak bicara.

Setiap kembali ke rumah, sering kali percakapan yang tercipta antara saya dan ibu, terjadi jika ibu menanyakan kenapa saya senang mengenakan celana yang robek di bagian lutut atau ketika saya tiba-tiba menawarkan diri membantunya memasukkan ujung benang ke lubang jarum — meski sering kali ditolaknya dengan ucapan “masih bisa ji kuliat” sebab ia tak ingin saya terlalu banyak menggunting ujung benang bercabang yang seharusnya hanya perlu dijilat — dan setelah itu, kami saling menyimpan kata untuk digunakan di percakapan yang akan terjadi entah.

Kadang melakukan percakapan itu sesederhana dan serumit memilih pakaian yang nyaman dikenakan. Saya, maupun ibu, lebih senang saling memahami melalui mata ketimbang kata. Setiap melihat mata ibu, saya melihat banyak sekali ketidakpastian yang ingin ditanyakan, meskipun ia lebih banyak memendam. Begitu pula sebaliknya, ibu tahu saya menyembunyikan banyak sekali kerumitan dengan berpura-pura berbaring di sampingnya atau sekadar memperhatikan setiap kali membuat masakan atau sedang menjahit pakaian — dan begitulah percakapan-percakapan indah antara kami terjadi.

Hari ini, hari terindah buat ibuku. usianya bertambah dan berkurang, seperti bertambahnya pesanan jahitan yang membuatnya tak kesepian ketika saya harus jauh dari rumah, dan seperti berkurangnya kemampuannya memasukkan ujung benang ke lubang jarum. Tapi ibu, seperti mesin jahit tua kesayangannya; bertahan melawan zaman, bertahan demi pakaian anak-anaknya yang compang-camping, sebab ia tahu saya akan pulang entah sekadar membawa pakaian yang robek agar mampu bicara dengannya atau pulang menjawab segala ketidakpastian yang tak mampu ditanggungnya.

Meski sekarang, saya hanya mampu menjahit tulisan ini sebagai pakaian terindah hadiah ulang tahunnya.

I Love U, dan selamat ulang tahun, Ibu!

30 Desember 2019

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet