Sore tadi aku memotret jendela ini khusus untukmu.
Hanya untukmu. Jendela ini untukmu.
Sebab ketika memandang jendela ini, ingatan menuntunku pada suatu pagi yang jauh.
Pagi itu — hatiku yang kekanak-kanakan jadi kegirangan sebab kupikir hujan yang jatuh tiba-tiba akan membatalkanku ke sekolah — aku terjatuh tiba-tiba dari jendela ini dan hampir mematahkan tulang punggungku.
aku hanya terbaring di lantai dan tak mampu bergerak sedikitpun. pagi itu hanya ada kau seorang. dengan tubuh dan lenganmu yang rapuh, kau mengangkat dan menggendongku sambil tersenyum.
aku tahu kau tersenyum untuk menenangkanku.
hari ini ketika kau berbaring dan tak bergerak sedikitpun, dengan hatiku yang rapuh aku mengangkat dan menggendongmu tapi mataku tak berhenti basah dan aku gagal menenangkan diriku sendiri.
sore tadi aku memotret jendela ini khusus untukmu.
hanya untukmu.
sebab setiap kali memandang jendela ini, aku ingin terus tersenyum mendoakanmu.
tenanglah, tenanglah, tenanglah, senyummu abadi di ingatanku. love you, nenek!
*catatan ini dibuat pada 21/8/21, tepat sehari setelah nenek pergi.