Member-only story
Tuhan Masih Ada — Martin Palermo
Terakhir kali aku mendengar suara Diego yaitu pada awal tahun lalu, ketika aku kembali ke Argentina setelah meninggalkan Pachuca, klub yang aku latih di Meksiko.
Ketika telponku berdering dan kulihat siapa yang menelpon, jujur saja, aku terkejut, sebab aku tak pernah berpikir Diego punya waktu untuk menelpon.
Maksudku, menjadi Diego Maradona adalah pekerjaan yang harus ia lakukan 24/7, kau tahu? Dia diikuti ke mana saja oleh penggemar dan jurnalis di sepanjang hidupnya. Tentu saja sungguh melelahkan. Tetapi sekarang dia juga melatih Glimnasia y Esgrima La Plata, sebuah tim di divisi atas Argentina.
Jadi meskipun aku tahu Diego memiliki hati yang besar, aku juga benar-benar berpikir cukup sibuk.
Tetapi aku salah. Bagaimanapun, dia menyisihkan waktu untuk menghubungiku. Kami sangat dekat, sudah lama kami saling dekat, tetapi kami tak pernah bekerja bersama hampir sepanjang dekade. Tetapi tentu saja, selama bersama Diego, selamanya bukanlah tentang pekerjaan. Dengannya, selalu tentang hal yang personal.
Dia bilang, “Halo Martin, bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar keluargamu? Kapan kau akan berkunjung untuk barbaque?”
Dan, ya, itu Diego. Dia tahu bahwa kehadirannya sangat penting bagi orang-orang di sekitarnya…