#322
Melihat Seseorang yang Sedang Menulis Surat yang Tak Ia Kirim
Semacam percobaan mencampuradukkan catatan harian dan cerita pendek, atau entahlah.
Belum menjadi Medium Member? Baca gratis melalui tautan ini.
Sudah kubilang tidak perlu terburu-buru. Lihat sekarang, baru seminggu memasuki tahun baru, perasaanmu sudah kembali layu.
Aku seharusnya meneriakkan kalimat itu ke dalam telingaku sendiri agar setiap kata yang terucap bisa tinggal dan menetap di dalam kepalaku. Biar tertanam hingga dalam, sedalam-dalamnya di dalam kepalaku. Kalau umpama ia benih yang ditanam, aku bahkan berharap jika kelak ia tumbuh, ia akan menjadi pohon rindang yang pada setiap daunnya tertulis pesan itu.
Tidak perlu terburu-buru!
Sekarang sebetulnya sudah memasuki jam tidurku dan mataku sudah lelah tetapi pikiranku terus bekerja. Seolah ada seseorang di dalam kepalaku sedang lembur sekalipun ia tahu tak ada yang akan membayarnya bekerja hingga larut malam. Seolah jika ia berhenti bekerja sejenak dan mengistirahatkan lelahnya, seseorang yang lain akan mengambil pekerjaannya.
Baru saja ia selesai menulis sebuah catatan panjang. Aku tak yakin apa yang ia tulis, tetapi aku sempat membaca sekilas beberapa kalimat…