Memutus Rekor

wahab
2 min readMay 2, 2024

--

Photo by Dan Meyers on Unsplash

Aku sudah berusaha selama empat bulan menulis setiap hari, dan kupikir itu adalah rekor yang baik bagiku. Aku berusaha untuk tidak melewatkan seharipun tanpa mempublikasikan satu tulisan di Medium ini. Tapi rekor itu tiba-tiba saja terputus kemarin.

Seperti biasanya, aku selalu mulai menulis pada pukul 8 atau 9 malam. Aku biasanya melakukan itu setelah selesai makan malam, sholat isya, dan sebagainya. Tapi aku tidak menyangka, bahwa tiba-tiba saja aku tidak punya waktu melakukan itu.

Kemarin, selepas pulang kerja. Tepatnya, selepas meeting panjang yang menghabiskan banyak energiku, aku pulang dalam keadaan yang sangat lelah. Aku selalu lelah sehabis berbincang berlama-lama dengan seseorang, kecuali kamu.

Aku tak tahu apakah aku lelah karena rapat panjang itu, atau apakah itu sesuatu yang wajar terjadi padaku sebagai introvert. Aku benar-benar lelah. Belum lagi, perjalanan pulang pun menghabiskan sangat banyak energi. Tiba-tiba saja jalan jadi macet dan kendaraan berbaris panjang menunggu giliran masing-masing untuk bergerak.

Aku tiba di kamarku ketika waktu menunjukkan pukul 7 malam. Aku berusaha menyempatkan diri untuk sholat maghrib meski kutahu aku sudah cukup terlambat. Selepas itu, aku menggunakan tetes mata yang kubeli dalam perjalanan pulang untuk mengobati mataku yang perih sejak siang hari.

Awalnya, aku berencana untuk berbaring sejenak sambil menunggu mataku sembuh dan menunggu panasku sedikit reda. Tapi aku tidak menyadari bahwa lelah yang menggantung di punggungku, tiba-tiba menarik tubuhku untuk terus berbaring di kasur. Pikiranku mulai kabur dan seketika aku tidak lagi menyadari apa yang terjadi setelahnya.

Tengah malam, aku terbangun. Aku membuka mata dan melihat langit-langit kamarku. Masih terang sebab lampu di kamar tidurku, lampu dapur, dan lampu kamar mandiku masih menyala. Tidak biasanya aku tertidur tanpa memadamkan lampu. Aku terbangun sebab merasa gerah karena tidur mengenakan celana jeans yang belum sempat kuganti.

Ketika kulihat jam, waktu menunjukkan pukul 1:45 malam. Perasaanku lemah sebab aku menyadari bahwa baru saja melewatkan banyak hal karena ketiduran. Aku tidur sebelum makan malam, sholat isya, sikat gigi dan cuci muka, dan menulis.

Tapi mataku masih perih dan tubuhku juga masih hangat. Aku hanya bangun dengan mata yang sedikit sipit, melepas celana jeansku, memadamkan semua lampu, lalu melanjutkan tidurku. Aku tertidur nyenyak.

Pagi ketika aku terbangun, sekalipun aku sudah merasa tubuhku cukup segar, tapi tidak dengan pikiranku. Aku terus memikirkan bahwa semalam aku ketiduran dan melewatkan banyak hal. Pikiran itu terus berputar di kepalaku. Mandi berlama-lama tidak cukup membantu untuk mengalirkan kekesalan itu.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Waktu berlalu dan segalanya telah terjadi. Yang bisa kulakukan, pikirku, adalah menjadikan pengalaman itu sebagai pelajaran berharga bagiku.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

Responses (1)