Member-only story

Menepati Waktu

wahab
2 min readNov 1, 2024

--

Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis tulisan ini di sini.

Aku tak tahu apakah perasaanku berlebihan, tapi aku benar-benar tidak senang dengan orang-orang yang sering terlambat. Jika itu hanya terjadi sesekali, mungkin aku bisa memahaminya. Namun jika itu terjadi berkali-kali, apapun alasannya, rasanya sulit bagiku untuk mempercayainya.

Sebetulnya aku tidak peduli jika seseorang senang terlambat. Entah apakah itu karena kebiasaan yang sengaja diulang-ulang atau karena sesuatu menghalangi mereka untuk datang cepat. Aku benar-benar tidak ingin peduli, tetapi tetap saja perasaan tidak senang itu sering muncul perlahan. Semacam ada seseorang yang tiba-tiba berbisik di telingaku, “Terlambat mulu nih orang.”

Pada saat-saat seperti itu, aku akan berusaha melakukan apapun untuk tidak memikirkannya. Namun pada saat bersamaan, aku mungkin akan diam saja dan tidak akan melakukan percakapan dengannya sampai dia memulainya. Sebab rasanya sulit untuk menghargai seseorang yang tidak menghargai waktu orang lain.

Aku teringat dengan diriku yang dulu. Diriku yang benar-benar tak tahu waktu. Aku tidak hanya terlambat datang pada sebuah janji, tapi aku juga terlambat bangun, terlambat bersiap-siap, dan segala hal. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

No responses yet