Member-only story
Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis tulisan ini di sini.
Radio di parkiran kantorku menyadarkanku bahwa setiap orang punya cerita. Maksudku, bukan hanya orang tetapi, bahkan benda-benda mati juga memiliki cerita. Radio itu, aku percaya juga punya cerita.
Meskipun sebetulnya, aku tidak tahu cerita lain tentang radio itu selain bahwa ia tetap senang berbicara sendiri sekalipun tak ada orang yang mendengarkannnya. Mungkin aku perlu menelusuri ceritanya, dan bagaimana ia bisa berada di parkiran itu hingga hari ini.
Kupikir, sepertinya menarik juga untuk mendengar dan menyimak cerita-cerita dari setiap benda mati. Tentu saja benda itu tidak bercerita layaknya manusia, tapi benda-benda itu punya riwayat. Sebuah cerita.
Mereka menceritakan sebuah cerita yang mungkin tidak pernah kita dengar. Misalnya, kalender dan jam dinding di kamar bisa saja bercerita tentang waktu yang terus kau kejar dan mengejarmu. Lalu ada baju-baju yang menggantung di punggung pintu yang bicara tentang peluh dan keluh yang melekat di tubuhmu, dan benda-benda lainnya.
Aku memikirkan ini sebab tiba-tiba teringat dengan sebuah puisi yang pernah kubaca beberapa tahun lalu. Puisi itu ternyata masih membekas di ingatanku. Sekalipun tidak mengingat larik-lariknya lagi, tetapi aku ingat perasaanku ketika pertama kali membacanya, dan…