Setelah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, aku tiba di rumah pada pukul 6 pagi tadi. Perjalanan itu benar-benar melelahkan dan membuat punggungku serasa remuk. Setiba di rumah, aku menyalami Ibuku yang menyambutku, lalu kubilang “Aku mau tidur dulu. Ngantuk!”
Segera aku melepas sepatu, melepas dan mengganti pakaianku dengan sarung, mencuci muka sejenak, lalu menghempaskan kantukku di kasur. Aku baru terbangun sekitar pukul 11 pagi, mandi dan bersiap-siap untuk jumatan.
Aku baru benar-benar menyadari diriku sudah berada di rumah selepas balik dari jumatan. Pikiranku sudah beradaptasi kembali dengan suasana rumah dan hangatnya siang hari di kampung halaman. Tapi kupikir, tubuhku masih perlu beristirahat sedikit lagi. Jadi aku menyempatkan diri untuk tidur siang di ayunan sambil membiarkan angin membelai rambut dan wajahku. Setelahnya, semua berlalu dan aku menulis catatan ini malam ini.
Kemarin, aku meninggalkan kamarku pada pukul 9 pagi. Setelah perjalanan menempuh kemacetan, mobil yang mengantarkanku dan temanku pun tiba di bandara pada pukul 10 pagi. Kami masih punya waktu dua jam sebelum berpisah dan terbang ke tujuan masing-masing. Dua jam itu pun kami gunakan untuk bekerja sejenak. Sekalipun hanya dua jam, tapi pekerjaan beres!
Pesawatku sampai dan mendarat dengan selamat di tujuan pada pukul 2 menjelang pukul 3 sore. Sedangkan pada pukul 5 sore, aku memiliki janji temu dengan teman lamaku. Aku mengajaknya bertemu untuk buka berempat, ngobrol, ngopi, sekalian untuk mengembalikan laptop yang sudah dia pinjamkan padaku 4 tahun lalu.
Aku masih punya waktu dua jam menunggu. Kupikir, mungkin sebaiknya aku pergi ke bioskop terdekat untuk menonton. Jadi dari bandara, aku segera menuju ke mall terdekat sambil membawa dua tas. Satu tas berisi pakaianku dan satu lagi berisi laptop dan bukuku.
Tapi ternyata perkiraan waktuku tidak sesuai realita. Perjalanan dari bandara menempuh waktu lebih dari satu jam akibat macet. Sekalipun aku tiba di mall itu, aku batal menonton. Tidak sempat! Jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat beberapa menit. Jadi aku memilih untuk beristirahat sejenak di sekitaran halaman mall itu. Lalu mencari ojek online untuk mengantarku ke alamat tempat janjian.
Perjalanan ke tempat janjian juga terasa sangat panjang dan melelahkan. Sekalipun ojek yang mengantarku cukup lincah mencari jalan melawan kemacetan, tetap saja perjalanan itu terasa sangat lama. Setiba di sana dan menyelesaikan transaksiku dengan ojek itu, aku mengecek ponselku. Pesan dari temanku tiba beberapa menit lalu. “Di situ sudah full, kita pindah ke tempat lain.”
Waktu menunjukkan pukul 5 menjelang 6 sore. Aku memesan ojek online lagi untuk mengantarku ke alamat baru. Tapi ternyata, hampir semua ojek di sekitarku sedang sibuk atau istirahat menjelang buka puasa. Tak satupun yang menerima pesananku. “Ojek di sekitar sini sibuk,” aku mengirim pesan ke temanku sebelum dia memintaku untuk menunggunya menjemputku.
Dia menjemputku dan kami segera ke tempat janjian. Begitu kami tiba, waktu berbuka puasa juga sudah tiba. Dua teman lain yang sudah menunggu, juga sudah mulai berbuka puasa.
Selepas semua ritual buka puasa dan kawan-kawannya selesai, barulah kami punya waktu untuk ngobrol panjang dan lain-lain. Percakapan di meja itu benar-benar panjang. Kupikir wajar sebab kami baru bertemu setelah beberapa tahun mencari jalan hidup masing-masing. Obrolan kami bertahan hingga pukul 10 malam, hingga kami memutuskan untuk berhenti sebab aku juga harus beranjak segera.
Lagi-lagi perkiraan waktuku tidak sesuai realita. Sebab sebetulnya, aku berjanji untuk bertemu teman yang lain lagi pada pukul 9 malam. Tapi untungnya mereka mengerti dan memaklumi keterlambatanku.
Tapi aku datang lebih lambat lagi ke. Perjalanan lagi-lagi dipenuhi kemacetan. Aku baru tiba pukul 11 malam. Begitu tiba, aku segera melepas kedua tas yang sudah menggantung di punggungku seharian. Rasanya seperti lepas pula sebagian besar beban hidupku.
Oh iya, aku lupa bilang. Teman-teman yang kutemui lebih awal itu adalah teman-teman bermainku selepas lulus kuliah. Sedangkan teman-teman yang kutemui berikutnya adalah teman-teman kuliahku. Beda masa, beda suasana, beda percakapan, beda pula selera humornya. Tapi mereka semua membuatku percaya bahwa aku beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. Kupikir aku akan menulis tentang percakapan kami di lain waktu!
Teman-teman kuliahku ini menemaniku mulai pukul 11 malam hingga mobil yang menjemputku tiba. Mobil itu tiba pada pukul 1 malam. Jadi di selang waktu itu, kami menyempatkan diri untuk saling bercerita dan bercanda seperti dulu. Aku ingin menikmati waktu yang singkat itu bersama mereka. Itu sebabnya kemarin aku hanya menulis catatan singkat.
Pukul 1 malam, mobil yang akan mengantarku ke rumah sudah tiba. Perjalanan ini yang cukup lama dan melelahkan. Selain melawan kantuk dan lelah, juga harus siap tahan untuk duduk berdempetan dengan penumpang lain. Tapi bagian menyenangkan, aku punya waktu yang cukup banyak menyimak obrolan orang-orang di dalam mobil, terutama supir itu. Mungkin aku akan bercerita juga tentang supir itu di lain waktu.
Pukul 6 pagi, aku akhirnya tiba di rumah. Setelah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Sekalipun begitu, aku selalu senang bisa tiba di rumah, menyambut dan mencium tangan Ibuku, dan melihatnya tersenyum. Berada di sekitarnya, aku selalu merasa aman dan tenang hidupku.