Member-only story
SAIL MAUMERE-AMBON
Menelusuri Sejarah Rempah di Pulau Rhun
Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis tulisan ini di sini.
Pagi yang tenang di Pulau Rhun. Hanya ada bunyi angin, bunyi ombak yang menepi, suara ayam yang membangunkan pagi, dan suara burung-burung. Kami tiba di pulau ini sejak kemarin, tepat pada pukul enam sore sebelum azan maghrib berkumandang.
Akhirnya, aku bisa melihat Pulau Rhun secara langsung. Setelah melewati Laut Banda dan ombaknya yang besar, setelah melalui kondisi kapal yang tak henti bergoyang, dan setelah menempuh jarak dan waktu 177 NM atau sekitar 29 jam dari Pulau Damer.
Tepat di depan mataku, Pulau Rhun yang legendaris itu. Pulau kecil yang memiliki kekayaan pala melimpah dan membuat negara-negara penjajah berperang memperebutkannya. Pulau yang pada tahun 1667, ditukar dengan Manhattan oleh Inggris dan Belanda sebagai perjanjian perdamaian mereka, dan sebagai upaya Belanda melakukan monopoli rempah di Kepulauan Maluku.