Member-only story

Mengacaukan Pikiran Sendiri

wahab
2 min readOct 18, 2024

--

Belum menjadi Medium Member? Baca versi gratis tulisan ini di sini.

Malam belum larut tapi aku sudah lebih dulu larut dalam kenangan. Kacau! Hal-hal semacam ini selalu saja tiba pada waktu-waktu yang rapuh. Meski begitu, tentu saja aku sudah tahu cara mengatasinya. Salah satunya dengan cara menerima kenyataan bahwa beberapa hal ditakdirkan untuk tidak bersama.

Aku tak tahu kenapa aku bisa tiba-tiba mengingatnya. Mungkin saja aku merindukannya. “Bodoh!” Aku jadi teringat kata-kata temanku setiap kali aku menceritakan mengenai kisah cintaku padanya.

Kupikir temanku benar, ini adalah suatu hal bodoh yang kulakukan dengan penuh kesadaran. Apalagi, ingatanku melompat terlalu jauh ke hari-hari indah 5 atau 6 tahun lalu. Rasanya seperti tak ada hal lain yang lebih penting untuk diingat selain itu.

Namun begitulah adanya. Hal-hal indah yang sudah jauh itu tiba-tiba mengetuk pintu ingatanku. Lalu seperti biasa, aku dengan ringan membuka pintu dan mengizinkan siapa saja untuk masuk. Tak peduli apakah ia datang ke pintuku seorang diri ataupun bersama seseorang.

Tentu saja dia datang bersama seseorang. Pada bagian ini, aku jadi teringat dengan bait pertama puisi “Tak Sepadan” karya Chairil Anwar yang dulu sering secara tiba-tiba kuucapkan ketika sedang bercanda dengan temanku.

“Aku kira beginilah nanti jadinya…”

Benar. Beginilah jadinya.

“Kau kawin, beranak, dan berbahagia…”

Aku tak tahu apakah dia sudah kawin. Aduh, kenapa aku harus memikirkan itu. Lupakan! Hal-hal semacam ini benar-benar membingungkan.

Kupikir cukup untuk saat ini.

--

--

wahab
wahab

Written by wahab

i write every day about little things and everything in between.

Responses (1)